Rabu, 27 Juni 2012

Where Have You Been All The Time?


Tidak.


"Apa kau dengar?" Tanyanya. Ia merunduk mencari wajahku yang sedari tadi menunduk menatap permukaan sepatuku.


Tentu saja aku mendengarmu. Hanya ada kita berdua di tempat ini!


"Jadi bagaimana? Apa aku bisa mendengar jawabannya... sekarang?" Tanyanya lagi.


"Entahlah, bagaimana dengannya? Aku tidak ingin kau meninggalkannya karenaku. Bagaimanapun juga, dia temanku." Jelasku sambil terus menunduk.


"Kami sudah..."


"Tidak. Kau masih menyukainya..." Ujarku pelan.


Ia terkejut, dan langsung membantah. "Tapi bukan dia yang dari dulu kusukai!"


"Lalu apa aku harus peduli?!" Bentakku.


"Kau harus peduli kalau kau menyukaiku!" Balasnya. Dan kami terdiam sesaat. "Dulu, aku tidak tahu. makanya aku terima saat dia menyatakannya padaku." Ujarnya melunak. "Kalau saja aku tahu..."


Aku diam.


"Tapi dia tahu. Dia tahu betul kalau aku..." suaraku bergetar. "Apakah ini karena dia memberitahumu?"


"Bukan." bantahnya lembut.


"Dia mengasihaniku ya? Sudahlah..."


"Bukan begitu..." Selanya.


"Aku pergi saja." ujarku padanya.


Tiba-tiba ia menarik lenganku.


"Jangan pergi..." Ujarnya memohon. Dadaku sakit. Kakiku bergetar, begitu juga suaraku. "Ini salahku. Harusnya aku menyatakannya dari dulu..." tambahnya.


Rasanya aku akan terjatuh. Tapi bukannya badanku yang terjatuh, malah air mataku yang jatuh. "Ya, mungkin seharusnya kau mengatakannya dari dulu."