AUTHOR PoV
Semalaman Risa tidak bisa tidur. Perasaannya
bercampur aduk. Sedih? pastilah. Cewek mana yang nggak sedih kalau orang yang
dia suka jadian sama cewek lain. Senang? Iya juga. Karena baru kali ini Harry
mengiriminya sms. Tentu dia senang. Tapi…
“Woi!”
“Eh! Ya ampuuun! Jangan ngagetin
gue mulu kenapa!” ujar Risa sambil ngelus dada, kaget. Lalu memukul pundak
Vita.
“Lagi bengon di tengah jalan
gini.” Jelas Vita. “Nggak sadar tau-tau ntar udah diculik orang.” Vita terkekeh.
“Ya nggak gitu,” ujar Risa dengan
wajah masam. “Lagi ada gitu yang mau nyulik gue?”
“Nggak sih kayaknya.”
“Jahat ih!”
Setelah itu, Risa terdiam lagi.
Vita yang berada di sebelahnya mulai bertanya-tanya.
“Risa. lo kenapa? Kok tiba-tiba
diem?”
“Harry sama Yae jadian.”
“EH?! SERIUSAN?”
“Duariusan! Elah nggak percaya
banget sama gue!”
“Bukan gitu, masalahnya lo tau
darimana?”
“Dia sms gue. Nih, baca aja
sendiri.” Risa mengeluarkan ponselnya dan memberikannya pada Vita.
RISA PoV
Sampai di kelas.
“Bohong!” pekik Dea. Aku langsung
menutup mulutnya.
“Nggak usah teriak!” pekikku panik.
“Fix! Jangan pernah turutin dia
lagi! Biar aja dia nyuruh-nyuruh pacarnya. JANGAN NYURUH LO!”
Nggak lama Dea ngomong gitu,
Harry ngedatengin meja gw. Pasti minta PR.
“Sa, mana? Gue mau li…”
Baru aja gw mau ngasih bukunya,
Vita langsung ngerebut. “Nggak ada! Stop nyuruh-nyuruh Risa! stop minta-minta
sama dia!”
“Jangan gitu, Ta…”
“Udahlah, Sa! Bisa-bisanya lo
masih peduli sama dia! Bahkan disaat dia SAMA SEKALI nggak peduli sama lo!”
bentak Vita. Aduh, dada gue sakit.
HARRY PoV
Peduli? Maksud Vita apa sih? Risa
peduli sama gue?
Beneran?
Ih, kenapa gue penasaran?!
“Ya udahlah, kalo nggak mau
minjemin.” sahut gue di tengan acara teriak-teriaknya si Vita. “Ternyata lo
juga sama kayak mereka, Sa.”
“Nggak…”
“Udahlah, kalo lo nggak mau
harusnya bilang. Jangan terpaksa gitu.” Demi apapun gw penasaran. Kalo dia
emang peduli sama gue dia pasti ngejar gue. Tapi kenapa gue mau banget dikejar
dia?
“Gue nggak terpaksa kok…”
“Udah, gue jadi nggak kepengen
liat muka lo. Gue mau cabut.” Tanpa basa-basi gw keluar kelas. Di tengah jalan
gue sadar. “Aduh si bego, tas gue tinggal di kelas. Mana duit sama kunci mobil
di situ lagi.”
“Harry… tas lo…”
“Ngapain lo ngikutin gw? Kan gue
bilang gue nggak mau liat muka lo!”
“Maaf…”
“Udah, sini tas gue!” Ya ampun,
gue kesel banget. Di saat gue yang salahpun, malah dia yang minta maaf.
Tes… tes…
“Ya ampun…” Ih, nih cewek. “Kenapa
nangis sih?!”
“Maaf…”
“Apa sih! Lo nggak salah apa-apa
kali!”
“Gue salah karena dulu gw nolongin
lo…”
“Hah?” Duh, gue nggak biasa
interaksi sama cewek macem dia sih. Apa lagi tiba-tiba nangis. “Maksud lo apa
sih?” Duh, kok gue deg-degan sih?
“Karena gue nolongin lo…” KALO NGOMONG JANGAN
SEPARO-SEPARO KENAPA SIH! Gue nahan napas. “Gue jadi suka sama lo!”--(to be continued)--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar