AUTHOR PoV
PLAK!
“Aduh, si Risa bego banget…” ujar
Vita sambil nepok jidat. Dia nguping di balik tembok bareng Dea.
“Hush! Temen itu!” seru Dea
sambil mukul tangan Vita.
“Lagian…” sahut Vita meringis
sakit.
“Ya susah, Vit. Mau gimana? Namanya
orang suka…”
“Iya lo juga sama soalnya!”
“Iya deh… beda lah yang udah move
on mah!”
“Tau ah!”
Dua orang yang lainnya sama-sama
mematung. Yang satu nunduk, yang satu lagi garuk-garuk leher padahal nggak
gatel. Dia bingung harus gimana.
“Masa lo suka sama gue? Gue ‘kan…”
“Apa? Trouble maker?” Harry
mengedikkan bahunya.
“Ya… biasanya ‘kan cewek macem lo
dan temen-temen lo ngejauhin gue. Nggak ada yang mau berurusan sama gue. Ya ‘kan?”
“Udahlah… maaf…”
“Apa sih, maaf mulu.”
“Maaf gue bilang kayak gini…
padahal lo baru aja jadian.”
“Ya… coba lo bilang lebih cepet.
Mungkin…” seketika itu juga Harry langsung membungkam mulutnya sendiri. Sedangkan
Risa membulatkan matanya. “Udah! Balik ke kelas sana!”
RISA PoV
APA MAKSUDNYA TADI?!
Ah! Gue penasaran!!! Tapi… nggak
guna juga. Orangnya juga udah pergi.
Sepanjang pelajaran, gue nggak
berhenti deg-degan. Perut gue mules. Masa gue phobia pelajaran? Nggak mungkin. Mana
ada…
“Risa, jangan bengong mulu
kenapa!”
“Tau nih, kan abis menyatakan
cinta.”
“Anjir! Lo liat ya tadi?!” tanya
gue panik. Mereka Cuma mengedikkan bahu. Sialan!
“Lo semangat banget menyatakan
cintanya. Hahaha…”
“Kok kalian nggak marah?”
“Kenapa marah?”
“Abisnya…”
“Kita nggak marah karena lo suka
sama dia. Soal cinta kita ngdukung.”
“Iya, kita cuma nggak suka sama
perlakuannya! Padahal lo peduli sama dia, tapi dia malah memperlakukan lo kayak
pembantu.”
“Ih, udah ah… jangan ngomongin
yang nggak ada di sini…”
“Kenapa? Malu ya abis menyatakan
cinta?” mereka pun ketawa. Bahagia banget ketawanya. Gue cuma cemberut
ngeliatin mereka ketawa.
“Udah ah, ketawa mulu!” Gue cuma
bisa nutupin muka. Asli, muka gue panas.
Meskipun gitu, tetep aja gw
cengar-cengir sendiri. Gue baru sadar kalo tadi gue bilangnya di lingkungan sekolah,
di ruang terbuka pula! Ah, malu!
HARRY PoV
Anjir! Ada apa dengan lidah gue?!
Tadi gue mau bilang apaan coba? AAAAAAAAAH!
“Harry? Mau kemana?”
Gue berhenti lalu nengok ke arah
sumber suara. Gue liat Yae muncul dari kelasnya. “Eh, gue…”
“Mau cabut, ya?” tanyanya. Gue cuma
mengedikka bahu. “Jangan dong, aku mau ketemu kamu nanti pas istirahat…”
“Wah, hari ini nggak bisa. Maaf,
ya…”
Parah, apa yang gue lakukan pada
pacar baru gue? Parah parah parah lah! Tapi gue akhirnya sadar… gue nggak suka
sama dia. Padahal biasanya gue nggak gini! Sial! Nggak tau lah! Otak gue lagi
kacau.
Gue masuk ke mobil dan langsung
ngendarain menuju ke jalan raya. Sebenernya gue nggak tau harus kemana. Kemana aja
deh, asal gue nggak harus terlibat masalah hati. Apalagi masalah hati orang
yang selalu gue suruh-suruh, seakan dia pembantu gue. Gue jadi nggak enak sama
dia…
Dan gue baru sadar. Kenapa dia
selalu nurutin apa kata gue. Dia suka sama gue. Apapun dia lakukan… demi bisa
deket sama gue. Hah… gue nyesel nggak peka sama perhatian dia ke gue. Tapi jangan
bilang… sekarang gue suka sama dia? Ah, kok gue jadi aneh gini sih?!
TIIIIIN!
BRUAGH!!!
Ah, sakit…
--(to be continued)--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar