Kamis, 09 Mei 2013

Okay, I'll do It (part 4)


AUTHOR PoV

Semalaman Risa tidak bisa tidur. Perasaannya bercampur aduk. Sedih? pastilah. Cewek mana yang nggak sedih kalau orang yang dia suka jadian sama cewek lain. Senang? Iya juga. Karena baru kali ini Harry mengiriminya sms. Tentu dia senang. Tapi…
“Woi!”
“Eh! Ya ampuuun! Jangan ngagetin gue mulu kenapa!” ujar Risa sambil ngelus dada, kaget. Lalu memukul pundak Vita.
“Lagi bengon di tengah jalan gini.” Jelas Vita. “Nggak sadar tau-tau ntar udah diculik orang.” Vita terkekeh.
“Ya nggak gitu,” ujar Risa dengan wajah masam. “Lagi ada gitu yang mau nyulik gue?”
“Nggak sih kayaknya.”
“Jahat ih!”
Setelah itu, Risa terdiam lagi. Vita yang berada di sebelahnya mulai bertanya-tanya.
“Risa. lo kenapa? Kok tiba-tiba diem?”
“Harry sama Yae jadian.”
“EH?! SERIUSAN?”
“Duariusan! Elah nggak percaya banget sama gue!”
“Bukan gitu, masalahnya lo tau darimana?”
“Dia sms gue. Nih, baca aja sendiri.” Risa mengeluarkan ponselnya dan memberikannya pada Vita.

RISA PoV

Sampai di kelas.
“Bohong!” pekik Dea. Aku langsung menutup mulutnya.
“Nggak usah teriak!” pekikku panik.
“Fix! Jangan pernah turutin dia lagi! Biar aja dia nyuruh-nyuruh pacarnya. JANGAN NYURUH LO!”
Nggak lama Dea ngomong gitu, Harry ngedatengin meja gw. Pasti minta PR.
“Sa, mana? Gue mau li…”
Baru aja gw mau ngasih bukunya, Vita langsung ngerebut. “Nggak ada! Stop nyuruh-nyuruh Risa! stop minta-minta sama dia!”
“Jangan gitu, Ta…”
“Udahlah, Sa! Bisa-bisanya lo masih peduli sama dia! Bahkan disaat dia SAMA SEKALI nggak peduli sama lo!” bentak Vita. Aduh, dada gue sakit.

HARRY PoV

Peduli? Maksud Vita apa sih? Risa peduli sama gue?
Beneran?
Ih, kenapa gue penasaran?!
“Ya udahlah, kalo nggak mau minjemin.” sahut gue di tengan acara teriak-teriaknya si Vita. “Ternyata lo juga sama kayak mereka, Sa.”
“Nggak…”
“Udahlah, kalo lo nggak mau harusnya bilang. Jangan terpaksa gitu.” Demi apapun gw penasaran. Kalo dia emang peduli sama gue dia pasti ngejar gue. Tapi kenapa gue mau banget dikejar dia?
“Gue nggak terpaksa kok…”
“Udah, gue jadi nggak kepengen liat muka lo. Gue mau cabut.” Tanpa basa-basi gw keluar kelas. Di tengah jalan gue sadar. “Aduh si bego, tas gue tinggal di kelas. Mana duit sama kunci mobil di situ lagi.”
“Harry… tas lo…”
“Ngapain lo ngikutin gw? Kan gue bilang gue nggak mau liat muka lo!”
“Maaf…”
“Udah, sini tas gue!” Ya ampun, gue kesel banget. Di saat gue yang salahpun, malah dia yang minta maaf.

Tes… tes…

“Ya ampun…” Ih, nih cewek. “Kenapa nangis sih?!”
“Maaf…”
“Apa sih! Lo nggak salah apa-apa kali!”
“Gue salah karena dulu gw nolongin lo…”
“Hah?” Duh, gue nggak biasa interaksi sama cewek macem dia sih. Apa lagi tiba-tiba nangis. “Maksud lo apa sih?” Duh, kok gue deg-degan sih?
“Karena gue nolongin lo…” KALO NGOMONG JANGAN SEPARO-SEPARO KENAPA SIH! Gue nahan napas. “Gue jadi suka sama lo!”

--(to be continued)--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar