Kamis, 09 Mei 2013

Okay, I'll do It (part 2)


AUTHOR PoV

[start flashback]

“Eh, tadi gue ketemu orang lagi berantem.” ujar Risa pada dua temannya, Dea dan Vita.
“Dimana?”
“Di deket sekolah. Nggak begitu keliatan sih siapa orangnya. Yang jelas, dia anak sini.”
“Ya ampun… nggak takut ketahuan guru, apa?”
“Gw kira lo bakal ikut berantem.”
“Ya kali…” ujar Risa sinis. Kedua temannya tertawa.
Saat istirahat tiba, Risa pergi ke kantin. Tadinya bertiga, tapi kedua temannya memutuskan untuk makaan di kantin. Dia tidak ingin kembali ke kelas. Jadi ia memutuskan untuk jalan mengelilingi sekolah. Kegiatan favoritnya.
“Aduh! Jalan yang benar dong! Ini ada kaki orang!”
Risa panik. “Eh, maaf. Nggak sengaja!” Ia menatap lekat-lekat orang yang kakinya nggak sengaja dia injak tadi. “Harry?”
“Hng?” jawab Harry singkat. Yang bahkan bukan berupa sebuah kata.
“Ya ampun!” pekik Risa lebih panik lagi saat melihat wajah Harry yang babak belur dan penuh darah. “Jadi lo…”
“Apaan sih!” hardik Harry. “Udah, pergi lo! Ih, kenapa segala nangis, sih?!”
Risa sesenggukan, nggak tau kenapa juga dia tiba-tiba nangis. “Ih, nggak sakit apa?”
“Ah, nggak usah banyak tanya.”
“Mana bisa gue ninggalin lo dalam keadaan gini!”
Harry mendesah. “Ya udah, anterin gue ke mobil gue.” Risa menggeleng. “Eh, mau lo apa sih?”
“Ke UKS aja…”
“Nggak!” Harry langsung bangun. Berjalan tertatih-tatih sambil memegangi perutnya.
Risa mengejarnya. Ia melingkarkan tangan Harry di bahunya. “Lagi lo segala dateng ke sekolah babak-belur gini.”
“Peduli apa lo?”
Risa diam. ‘Aku harap aku tahu kenapa aku peduli padamu.’ batinnya. Ia hanya menggigit bawah bibirnya, menahannya agar tidak bicara sembarangan.
Harry memperhatikan bajunya. Ada sedikit bercak darah di seragamnya. “Sudah, lepas. Gue masih bisa jalan sendiri.”
Risa menggeleng.
“Lepas, Risa!” Harry menepis tangan Risa dan mendorongnya. Ia pergi meninggalkan Risa yang mematung.

[flashback end]

RISA PoV

“Risa, mau ikut ke kantin?”
“Ikut lah!”
“Ayo, cepet. Gue udah laper!”
Gue dan kedua teman gue, Dea dan Vita jalan ke kanti seperti biasa. Di jalan, kami ketemu sama Harry.
“Tas gue mana?” tanya dia tanpa basa-basi.
“Dibuang.” jawab Vita sembarang. Gue langsung mukul bahunya.
“Di kelas.” Jawab gue singkat.
“Lo mau kemana?”
“Kantin.”
“Ah, jangan lupa beliin gue lollipop!” perintah Harry, yang sangat jelas tertuju pada gue. Gue cuma ngangguk. “Ya udah sana!”
“Ih, apaan sih lo, Harry!” tukas Dea kesal. Kami lanjut jalan ke kantin.
“Risa, kenapa sih lo mesti suka sama cowok macem gitu?” tanya Vita tiba-tiba. “Dia bener-bener nggak ngerespon perhatian lo! Lo tau pasti, ya ‘kan?”
“Nggak juga nggak ngerti kenapa gue masih dan tetep suka sama dia.”
“Iya, Sa. Dia Cuma jadiin lo kayak pesuruh dia! Tanpa peduli sama perasaan lo. Tapi lo masih aja… ya ampun…” jelas Dea panjang lebar sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Gue Cuma mengedikkan bahu.
“Sekarang gue tanya. Uta juga nggak ngerespon lo, De. Tapi lo juga masih suka sama dia, ‘kan?”
“Setidaknya dia nggak jadiin gue kayak pesuruhnya.”
“Gw juga. Setidaknya dengan begitu, dia ngeliat gue. Daripada nggak dianggep apa-apa.” Tambah gue sambil nunduk. Sebenernya pas ngomong itu gw pengen nangis. Ya, Cuma gw yang perhatian sama Harry. Sedangkan Harry-nya? Dia ke sekolah, Cuma nyari gue buat dia suruh-suruh.
Apa sakit? Ya iyalah!
Tapi gw bisa apa? Mana mungkin gue maksain perasaan gue ke dia. Karena gue tau… kita beda. Gue cukup bertahan begini.

HARRY PoV

LO LIAT ‘KAN TADI?
Gw nyuruh dia beliin gw lollipop aja dia mau! Gue tambah bingung sama kelakuan ini cewek satu. Padahal temen-temennya aja kesel liat kelakuan gue yang selalu nyuruh-nyuruh dia. Gue tau, mereka pasti pengen banget ngegantung gue di tiang bendera.
Gue jalan ke kelas. Gw mau bener-bener cabut hari ini. Nggak ada yang peduli juga ‘kan kalo gue nggak ada. Mungkin Risa juga bakal seneng, nggak aka nada yang nyuruh-nyuruh dia hari ini.

BRUK!

“Aduh, kalo jalan liat-liat dong!”
“Maaf,” ujar Yae. Si cewek muka cina, padahal bukan orang cina. Cantik juga. “Gue nggak sengaja.”
“Iya, maaf juga. Gw nggak liat-liat.” Hei! Kenapa gue jadi lembut gini?

--(to be continued)--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar