Sabtu, 11 Mei 2013

I Want You To Cry For Me (part 2)


AUTHOR PoV

“Tumben lo nggak sama Harry. Kemana dia?” tanya Vita.
“Sa, mata lo kok merah?” tanya Dea pelan. “Abis nangis ya?”
“Nggak kok, sok tau ih!”
“Masa berantem sama Harry.”
“Nggak lah...” jawab gue. “Tapi...”
Akhirnya Risa menceritakan semuanya.
“EH?!” teriak Dea dan Vita bersamaan.
“Hush! Berisik banget sih!”
“Terus dia marah sama lo dan ninggalin lo gitu aja kayak hari ini? Kenapa dia yang marah?”
“Bukan, lo tuh terlalu berusaha bersikap tenang.” jelas Vita. “Kalo lo sayang sama dia, harusnya lo panik, harusnya lo sedih…”
“Ya gue juga nggak mau kali. Tapi itu ‘kan keputusan orangtuanya.”
“Percuma lo bilang gitu ke kita. Lo harus bilang langsung sama dia. Dia maunya lo punya perasaan nggak mau kehilangan dia.”
“Udah heh, anak orang nangis ini ntar.” sela Dea begitu liat mata Risa udah berkaca-kaca.

HARRY PoV

“Selamat pagi.” sapa ayah ke kenalannya. Gue ikut nyapa dengan tampang datar. Gue cuma mau nunjukin ke mereka semua kalo gue nggak minat sama kegiatan kayak gini.
Sial! Risa, tolong gue…
Nggak lama, setelah bercakap-cakap, temen ayah manggil anaknya yang mau dijodohin sama gue. Mereka maksa banget deh, nggak liat apa muka gue udah nggak mau gini? Dia akhirnya masuk ke ruangan sambil membungkuk dan mengucapkan salam. Berlaga seakan dia orang jepang atau korea atau cina, ya terserah lo deh.
“Ayo dong kalian kenalan.” ujar temen ayah tiba-tiba.
“Hmm, namaku Mia.” ucapnya sambil senyum. Manis, sih… eh?
“Harry.” Sekian.
“Harry, kamu jangan dingin begitu dong. Sana kalian jalan-jalan aja.” kata ayah memukul lenganku pelan. “Dia suka malu-malu gitu anaknya.” Sambungnya pada temannya.
PLEASE DEH, GUE NGGAK MALU-MALU! GUE ITU NGGAK MAU BUKAN MALU-MALU!
Meskipun itu cuma teriakan dalem hati gue, berasa banget capeknya. Napas gue sesak…
“Eh, asal lo tau ya. Gue nerima perjodohan ini cuma buat nyenengin orangtua gue.” jelas gue di dalem mobil. Ya, gue memutuskan untuk pergi dari ruangan itu. Tapi syaratnya gue harus ngajak Mia. Sial.
“Gitu, ya? Lo pasti ngomong kayak gitu karena udah punya pacar.”
“Iya.”
“Terus lo putusin dia, dong?”
YA NGGAK LAH!!! “Nggak berniat mutusin, kok.”
Seketika itu juga dia diem. Puas lo?
“Mudah-mudahan cepet lo putusin deh pacar lo.” katanya pelan, pelan banget.
Tapi… lo kira gue nggak denger, apa?! “Maksud lo apa?”
“Kita ‘kan udah dipasangin. Jadi nggak boleh punya pasangan lagi.”
“Gue ‘kan nggak suka sama lo.”
“Bukan nggak, tapi belum. Kita ‘kan baru ketemu. Cinta tuh butuh proses, Har.”

RISA PoV

Sms nggak ya? Sms nggak ya? SMS NGGAK YA?!
‘Harry kemana? Kok tadi nggak jemput gue?’ Jangan gitu…
‘Harry? Lo marah sama gue?’ jangan… ntar malah marah beneran…
‘Harry? Kenapa tadi lo nggak masuk?’ Ini paling aman, tapi kesannya seakan nggak ada hal aneh yang terjadi…

To: Harry
Halo? Ada orang kah?

DRRRT~

From: Harry
What? Kangen ya sama gue?
Hahaha

Ih, dasar, haha. Jangan bikin gue bingung dong…

To: Harry
Apa itu kangen? Hehe…
Tadi lo kemana?

From: Harry
Gitu, ya… nggak kangen, ya… liat aja lo!
Tadi? Keppo, ah~ :p

To: Harry
Pasti ketemuan sama calon, ya?
Selamat, ya…

DEG!

From: Harry
Sa, lo seriusan ngomong gitu? Lo mau kita bubaran?

To: Harry
Nggak lah… tapi lo nerima perjodohannya ‘kan?

HARRY PoV

Bener juga. Bukan salah Risa juga kalo gue sama dia bubaran. Berhubung gue sendiri yang nggak nolak perjodohannya. Nggak bisa nolak, lebih tepatnya. Kok gue bego, sih?
Dan bodohnya sekarang gue kepikiran kata-katanya Mia. Cinta butuh proses. Antara takut dan panik, juga nggak mau percaya. Gue takut kalo nantinya gue beneran suka sama Mia. Gue panik kalo sampe gue nggak suka lagi sama Risa, dan malah nyakitin dia. Terakhir, gue nggak mau percaya sama dua hal barusan yang kemungkinan besar akan terjadi. Masalahnya, siapa yang tau apa yang akan terjadi nantinya?

To: Risa
Maaf, ya…
Tapi gue belom mau bubaran! Jangan mutusin sendiri!

DRRRT~

From: Risa
Eh? Sampe kapan ya kira-kira gue masih bisa sama lo…?
Meskipun gue mau selamanya, tapi nggak bisa, ya... Haha ^_^

Aduh, sakit banget gue bacanya. Apalagi dia pake emot fake smile gitu. Gue juga mau selamanya, Sa…

--(to be continued)--

Tidak ada komentar:

Posting Komentar